Ajang, Menolak Jadi Budak(!)



            Keberadaan Universitas besar di suatu daerah tanpa disadari telah mengubah tatanan kehidupan yang ada di daerah tersebut. Beberapa aspek kehidupan yang terpengaruhi adalah sosial budaya, lingkungan dan juga perekonomian masyarakat. Mahasiswa berdatangan dari beberbagai daerah di Indonesia membawa kebudayaannya masing-masing. Mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan yang ada didalam lingkungan Universitas. Selain itu, keberadaan mahasiswa dengan setumpuk kebutuhan, membuat masyarakat sekitar Universitas menjadi kritis terhadap berbagai kondisi. Hal tersebut dibuktikan dengan kemunculan kost-kostan yang kian membludak, bahkan masyarakat semakin gencar dalam pembangunan kost-kostan baru. Disamping itu juga bermunculan pendagang-pedagang kuliner yang menyediakan berbagai macam makanan yang menjadi bahan buruan mahasiswa.
            Universitas Trunojoyo Madura (UTM) merupakan Universitas yang berdiri disekitar masyarakat, Desa Telang, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan. Jumlah mahasiswa yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan menyebabkan beberapa pihak masyarakat melebarkan sayapnya dalam membuka usaha. Usaha tersebut meliputi penyedian tempat tinggal dan juga kuliner. Kuliner adalah hal yang paling sering diburu oleh mahasiswa dengan tujuan pemenuhan kebutuhan fisik maupun hanya sekedar untuk pemuasan gaya hidup. Saat ini bisnis kuliner disekitar kampus UTM semakin menjamur dengan tingkat keramaian yang berbeda-beda. Tingkat keramaian itu merupakan daya saing antar penjual, dimana yang kreatif itu adalah pemenangnya.

            Arif (43), merupakan salah satu penjual kuliner yang menjual produk berupa mie ayam dan juga bakso. Sore itu, banyak pembeli yang mampir di warung makannya. Warung itu terletak tidak jauh dari area kampus. Arif telah merintis usahanya selama 3 tahun, diawali dari tahun 2015. Sebelum menjadi penjual mie ayam dan bakso, beliau pernah menjadi seorang sales suatu produk pakaian. Setelah lama menjadi sales, akhirnya beliau memilih untuk membuka usaha sendiri. “Pengin usaha sendiri, karena kalau kerja ikut orang itu banyak tekanannya” jelasnya sore itu.
            Warung milik Arif berdiri diatas tanah milik adiknya, sehingga tidak perlu membayar uang sewa. Modal awal yang digunakan Arif untuk membangun usaha kulinernya yaitu sebesar 10 juta. Dari modal itu, Arif dapat membeli gerobak, peralatan jualan dan juga bahan mie ayam dan bakso. Hingga saat ini, modal tersebut telah kembali bahkan mendapatkan untung yang lumayan. Omzet penjualan dalam seharinya mencapai 1,5- 2 juta. Omzet sebesar itu didapatkan pada saat kondisi pembeli yang ramai, misalnya ketika efektif kuliah (tidak liburan) dan juga ketika musim mahasiswa baru. Selama berjualan, Arif mengaku tidak pernah mendapati mahasiswa yang mengutang, meskipun sebenarnya boleh-boleh saja mengutang di warungnya.
            Untuk membangun bisnis ini, Arif mengaku sempat mengalami jatuh bangun. Namun dia tidak pernah putus asa dan terus menekuni usahanya, “Dulu selama satu tahun itu, dalam sehari mie ayam dan bakso yang terjual hanya 2 sampai 3 porsi. Tapi, yang namanya usaha ya gitu, awalnya memang susah” jelasnya kemudian. Saat ini Arif telah memiliki 2 karyawan yang membantunya dalam berjualan. Untuk melebarkan sayap dalam bisnis kulinernya, beliau ingin menambah menu yang sekiranya belum ada yang menjual disekitar kampus. Menu yang dipersiapkanya adalah nasi pecel, es campur dan juga mie warna-warni. Dalam mengembangkan bisnisnya, Arif memiliki strategi yaitu membentuk korelasi dengan teman-temannya yang juga memiliki bisnis mie ayam di kota Surabaya.
            Bercermin dari bisnis yang digeluti Arif, bahwasanya jatuh bangun dalam membangun usaha adalah hal yang lumrah terjadi.  Wirausaha adalah pekerjaan yang terbukti memiliki waktu kerja tidak dibawah tekanan atasan (bos), selain itu juga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Jatuh bangun dalam membuka usaha adalah hal yang biasa, semua pengusaha pasti mengalami itu sebelum benar-benar usahanya sukses. Dari lingkungan sekitar kita dapat belajar, dari lingkungan sekitar kita dapat menganalisis, dan dari lingkungan sekitar kita dapat mengambil motivasi untuk maju.


Disusun Oleh:
1. Septiawan Frisko Priatama (150311100003)
2. Indah Yuliati (150311100009)
3. Dessy Wahdiana (150311100028)
4. Septi Nur Choiriyah  (150311100017)

Komentar

Postingan Populer