Tiga Belas Yang Ke-Enam



 Kepadanya kukatakan,
Aku bukan perempuan dengan kecerdasan diatas rata-rata. Aku hanya perempuan biasa yang cukup tahan banting terhadap kondisi. Aku perempuan biasa yang terkadang malas membaca, malas mengupgrade diri dan biasa bergantung dengannya. Aku pun tidak kreatif, mungkin tidak bisa menjahit bajunya yang robek, membuat berbagai macam kue, atau sekedar berkebun di halaman rumah. Kemampuan estetikaku cukup rendah.
Aku bukan perempuan dengan aura kecantikan yang memancar. Bahkan berani kukatakan aku dibawah daftar ‘standar cantik’ yang diagungkan hampir semua orang. Aku tidak putih, aku tidak glowing, hidung tidak mancung, badan tidak langsing. Tapi aku sudah cukup kebal dengan berbagai argument yang dijuruskan kepadaku. Aku memiliki hati yang lapang untuk menerima. Bahwa aku memang tidak sesempurna standar mereka.
Aku bukan perempuan berhati peri. Aku perempuan biasa yang terkadang masih suka membicarakan orang lain bersama teman-temanku. Kadang aku masih suka iri terhadap orang lain. Seringkali merasa insecure terhadap diri sendiri. terkadang juga aku masih belum lapang terhadap pesakitan-pesakitan yang dilakukan orang terhadapku. Bahkan mungkin dia tahu sendiri, bahwa aku akan selalu menjadi yang maha egois dan ingin selalu menang diatasnya.
Aku bukan perempuan yang anggun dan bertutur kata bijak. Aku lebih seperti manusia yang cerewet, suka mengatur, pecicilan, dan melakukan apapun sesuai hatiku. Aku mampu mengoceh sepanjang jalan dan merangkai planing-planing, tentu saja dia hanya mendengarkan. Aku suka mengeluh menceritakan pesakitanku, tanpa mendengar pesakitannya. Aku sering berbicara seolah-olah aku yang paling tersakiti tanpa ingin mendengar apa yang dirasakannya.
Itulah aku.
Tapi,
Aku juga perempuan yang menanamkan ketulusan untuk menerimanya dengan sempurna. Aku akan selalu menjadi orang digaris terdepan saat dia rapuh, jatuh dan terluka. Aku yang akan memeluknya erat, disaat dia pecah berkeping-keping. Aku akan selalu memiliki cinta yang utuh untuknya.
Mungkin dia akan lupa terhadap kebahagiannya karena terlalu fokus membahagiakanku. Tapi aku juga akan terus merawatnya. Memotong kukunya yang panjang, mengantarkannya potong rambut, memaskeri wajahnya setiap malam, dan terus belajar memasakkan makanan kesukaannya. Aku yang akan memberikannya kebahagiaan.
Terkadang dia juga sering begadang menyelesaikan pekerjaannya hingga larut malam. Aku juga yang akan menemaninya. Tidur disampingnya sampai pekerjaannya selesai. Jika dia jenuh dengan rutinitas, aku akan mengajaknya jalan-jalan sebentar, mengenang masa-masa saat ini, saat aku menulis cerita ini. Dan aku bisa membuka kembali beberapa foto yang telah aku abadikan di ponselku dan kutata rapi di laptopku. Semua tentangnya sudah sangat banyak, yang kujalani dengannya sudah teramat panjang.
Aku adalah perempuan yang tidak sempurna. Perempuan yang akan selalu bergantung kepadanya. Tapi dia selalu berkata “Tidak apa-apa. Bagaimanapun kamu, kamu akan tetap jadi satu-satunya dihatiku”. Dia tidak peduli dengan betapa banyaknya kekuranganku, dia tidak pernah menuntutku agar bisa ini dan itu, dia tidak pernah membandingkan aku dengan perempuan manapun di belahan dunia. Memang akan hancur jika suatu saat nanti dia akan berubah padahal hatiku teramat mambanggakannya.
Tapi,
Aku percaya, Tuhan memegang erat hatiku. Entah pecah, hancur atau berantakan. Aku akan kembali dengan baik-baik saja.


Buleleng, 13 Juli 2020

Komentar

  1. Aku jugaa, jauh standart cantik tapi aku berusaha bisa. Meski berubah dan mengupgrade diri itu susah.

    BalasHapus
  2. Mungkin kita banyak kurangnya. Tapi selalu ada yang membuat kita beda dari yang lainnya kan. Meski itu bukan standart wah, barangkali masuk di standar unik :")

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer