Mau Hidup Bahagia dan Awet Muda? Stop Stalking!



Today, aku pengin banget nulis sesuatu yang beberapa kali berhasil memukul telak aku untuk mundur beberapa langkah. Sesuatu yang aku tahu jika aku semakin mengoreknya, maka hatiku akan semakin sakit, akan semakin berantakan, akan semakin hancur, tapi aku terus melakukannya. Posesif, merasa memiliki dan baru pertama kali tulus dalam mencintai, menjadi garda terdepan alasanku.
Mungkin sebagaian besar perempuan pernah mengalami; stalking media sosial mantan doi. Stalking itu tanpa disadari mampu merusak tatanan psikis kita. Dari yang awalnya kita biasa saja, merasa bahagia doi datang dihidup kita, mencintai diri kita dan sangat bersyukur dengan alur hidup yang kita lalui menjadi kita yang insecure, kita merasa minder, merasa mantan doi perfect, merasa kita kalah segalanya dibandingkan mantan doi.
Ditambah lagi jika mantan doi belum menghapus segala kenangan tentang doi dan dirinya. Kita buka di unggahan foto mantan doi di instagram, ada tangan doi dan mantannya saling membentuk love. Kita merasakan sakit yang sangat menyesakan, bukannya menutup lalu tidak membuka lagi, kita malah membuka link blog di instagramnya. Munculah berbagai tulisan yang dikhususkan untuk doi; surat cinta, perjalanan cinta mereka, dan kisah cinta mereka. Kita hancur dong, lalu kita menangis. Lalu kita merajuk ke doi. Doi bisa apa? Itu kan masa lalu, sudah terjadi, ga mungkin bisa diperbaiki lagi. Doi terus meyakinkan kita, dan kita kembali tenang.
Keesokan harinya, kita masih saja kepo dengan dalih “Aku sudah biasa aja kok, lagian doi juga udah serius sama aku”. Kita buka lagi, blog pertemuan mereka hingga kisah-kisah mereka. Tidak sengaja kita meng-klik sebuah judul dan muncul sepucuk surat cinta yang singkat tapi menohok “I just wanna to say I love u wherever u are”. Tertanda inisial doi. Kita hancur sekali lagi, kita menangis lagi, kita membuang diri kita ke dasar lagi, dan kita patah sekali lagi.
Munculah paradigma-paradigma bercabang dipikiran kita, “Bagaimana kalau dia kembali lagi dikehidupan doi?”, “Dia memang lebih pintar berkata-kata daripada aku”, “Dia mungkin lebih menyayangi doi daripada aku”, “Doi lebih bahagia kalau sama dia”, “Aku gabisa bikin doi bahagia”. Masa lalunya tidak menghapus postingan itu meski sudah putus sekian lama. Sedangkan menurut kita, kita juga teramat mencintai doi. Doi tipikal orang yang penyayang, doi orang yang berkomitmen, doi orang yang sabar, doi selalu mengalah, doi orang yang cukup dewasa.
Tali merahnya; doi memang layak dicintai. Tidak terima karena doi sekarang milik kita? Tidak bisa. Dulunya mantan doi adalah orang yang sama seperti kita. Orang yang pernah memimpikan masa depan yang indah berdua. Orang yang pernah penuh menerima cinta tulus dari doi. Jika kita sangat bahagia dengan hadirnya doi dihidup kita, bagaimana dia tidak. Tanpa sadar kita menjadi tokoh antagonis, kita terlalu membenci mantan doi, padahal sekalipun tidak pernah bertemu. Tapi jika mau legowo sedikit saja, kita akan menerima, bahwa dia adalah orang yang sangat bahagia dimasanya sama seperti kita. Dia juga ga tau kok kalau selanjutnya ternyata dia ga berjodoh dengan doi.
Karena yang perlu digaris bawahi adalah doi memang layak dicintai. Oleh karena itu, kita tidak usah sekali lagi membuang energi hanya untuk mengorek masa lalunya. Dia telah mati-matian memendam itu dalam-dalam dan setulus hati mencintai kita. Kalaupun kita mau menuntut masa lalunya yang pernah mencintai orang lain dengan tulus, lalu kelicikan macam apa yang sedang kita lakukan ke doi? Menuntutnya untuk kembali ke masa lalu dan tak pernah mencintai siapapun hanya ada di negeri 1000 dongeng. Doi tetaplah manusia, tidak usah dituntut dengan pasal-pasal tentang masa lalunya. Kitapun juga punya masa lalu.
Saling mengorek masa lalu sama halnya dengan mengeruhkan masa ini, masa depan juga. Masa lalu ada karena manusia tidak pernah mengerti tentang masa yang akan datang. Dia pernah ada dimasa lalu doi, pernah menjadi yang spesial dihati doi, bersyukur saja, “Jodoh kita pernah disayangi dengan tulus oleh orang lain”. Atau kalau mau lebih positif katakan “Alhamdulillah jodohku bermanfaat untuk orang lain”. Kelapangan hati untuk menerima sangatlah penting. Jika kita tidak lapangkan hati seluas samudera, lalu apa akan terus menyempitkannya seperti ruangan yang pengap? Keep positif thinking dan tetap semangat.

Komentar

Postingan Populer