Gen baperan

“Wuss”… angin berlalu pikirku, sedingin sifat mantan kepada diriku yang dianggap melulu sebagai masa lalu, payah kamu. Bisa tidak melupakan aku seperti kamu melupakan eksresi yang kamu keluarkan? Begitulah pikiran Retno bak puting beliung di otaknya. “Cringggg”…sinar matahari ini menghangatkan kebekuan yang tadi, semacam sikap gebetan yang hangat kayak kopi cokelat di pagi hari. Lagi-lagi Retno tersenyum nyengir mengigo indah masa tua bersamanya. Eits.. manisnya itu hanya diawal saja tepis pikiran Retno yang sedang tawuran gak karuan.
“kriuk” nah, nada krupuk yang satu ini mengingatkan Retno pada renyahnya bercanda bersama Sutejo, sahabatnya dari kecil yang diam-diam menyukainya. Untuk menghindari rusaknya persahabatan yang karib ini, Retno tanpa pikir panjang menolaknya secara pelan-pelan saja. Kini Sutejopun sudah menikah dengan  Galuh, wanita pilihan mamaknya dari kampung sebelah. Kini Retno hanya menyimpan sedihnya sendiri, tak mungkin lagi untuk sekedar 5 menit bercerita kepada Sutejo tentang hatinya yang gusar. Bawa aku terbang ke setting tempat lain, batinnya tertekan.
Di keramaian sebuah pusat perbelanjaan kota, Retno mencoba menghapus segala kesedihan dibenaknya. “Brukkk” tiba-tiba seseorang yang seganteng Arjuna menabraknya. Mereka bertatapan agak lama seperti terpukau. Si ganteng tersebut memegang bahu Retno, cukup lama hingga akhirnya sesuatu yang wow terjadi. “maaf ya mbak” seru cowok tersebut dan bergegas terburu-buru dengan tas kantor di tangannya. Adegan apa barusan, tak seperti sinetron di televisi yang sering ditonton Retno. Misalnya dengan judul cintaku bertatap sekejap saja. Bangun sendiri dari jatuhnya, Retno lalu kembali berjalan mengelilingi pasar tanpa tujuan yang jelas.
“Jlebbb” seperti tertusuk pedangnya wira sableng, begitu pandangannya jatuh kearah dua sejoli yang sedang makan bareng di salah satu warung. Dududu,, gebetannya yang sehangat kopi susu telah bersama orang lain. Berniat melabrak mereka, sesegera mungkin tertepas bahwa dia bukan siapa-siapanya. Duh gusti, dimana jodoh saya. Pikir Retno semakin pahit. Ternyata pusat belanja desa yang besar bukan solusi yang tepat untuk membuang penatnya. Kembali pulanglah jalan satu-satunya.
Sesampainya di rumah, Retno langsung menuju meja makan karena memang papak dan mamaknya telah menunggunya untuk makan siang bersama.
“Ada undangan pernikahan nduk” seru mamaknya Retno sambil menyodorkan sepucuk undangan pernikahan. Mati sudah pikiran Retno, akhirnya dia benar-benar dilupakan seperti eksresi oleh mantannya. Dia benar-benar menikah setelah sekian lama belum move on. Yoweslah…jodoh pasti bertemu, kuatnya meski tak kuat-kuat banget.
Ealah Retno, Retno. Kurang apa sih, cantik udah, seksi pasti, baik hati so pasti. Tapi semua orang di masa lalumu udah kabur semua. What? Karena apa? Ya jelas karena kamu udah dijodohin dengan orang lain sama mamak papakmu. Dan hari ini Retno akan bertemu dengan calon suaminya, menepis kabar bahwa mantannya akan menikah, tak rela anaknya semakin larut dalam kesedihan, si mamak langsung menyeru calon besan untuk datang kerumahnya.
Bertemulah dua keluarga diruang tamu. Retnopun menerima daripada jadi perawan tua yang selalu tersakiti masa lalu, mending dia mencakar kembali masa lalunya itu dengan pernikahannya.
“Nah kamu?” sentak Retno setelah mengetahui bahwa calon suaminya adalah arjuna yang menabraknya di pusat belanja.
“Eh mbak, tau kamu calon istriku pasti dulu udah tak ajak keliling pusat belanja” jawabnya sambil tersenyum dengan dekukan manis di pipinya. Noh, inikah jodohnya Retno. Apakah sebelumnya dia pernah singgah dihati orang lain seperti layaknya Retno. Masih ingat “wus..”, “Cring…”, “Kriuk” yang berdetum di hati Retno. Ini lebih ke “dor…”suara petasan yang menebar dilangit, karena diantara bunyi-bunyi itu, ini yang paling ganteng gusti, ini yang paling tinggi perawakannya dan ini yang paling rapi dandanannya. Tau gitu tidak usah kuhabiskan waktuku dengan masa lalu-masa lalu yang dulu itu. Pikir Retno dengan endelnya.

TAMAT.

Komentar

Postingan Populer